Bagaimana Google Meranking Sebuah Keyword, Inilah Rahasianya

Ranking keyword di Google adalah penentu. Situs Anda berlaga di halaman pertama ataukah tersisih di halaman selanjutnya. Apa sajakah faktor yang mempengaruhinya?

Sumber: https://powerhouseconsulting.group/wp-content/uploads/2019/05/Medical-SEO-first-page-of-google-intrepy.jpg

Bagaimana Google merangking sebuah keyword? Ini adalah pertanyaan menarik. Ditanyakan hampir semua orang yang menggeluti bidang digital marketing.

Berapa ranking situs Anda di Google saat Anda mengetikkan keyword yang berhubungan dengan website Anda?

Ranking pertama? Halaman pertama? Kalau sudah, selamat! Berarti Anda sudah memahaminya.

Tapi kalau belum, tampaknya langkah pertama yang Anda lakukan adalah mendalami faktor apa saja yang mempengaruhi cara Google merangking keyword.

Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya.

Sumber: https://raddinteractive.com/wp-content/uploads/2020/08/google-pages-2020-08-28_14-03-25.png

Long Tail Keyword

Sumber: https://neilpatel.com/blog/long-tail-keywords-seo/

Google ternyata lebih menyukai long tail keyword. Kata kunci panjang. Bisa saja itu kurang umum atau terlalu niche. Tapi disitulah indeks Google akan bekerja.

Contohnya, situs Anda punya keyword “ayam goreng”. Tapi, saat membuka Google dan menuliskannya, berani bertaruh, situs Anda tak akan berada di arena utama.

Mengapa? Ya, itu terlalu umum, terlalu banyak juntrungannya. 

Lain halnya bila Anda fokus pada long tail keyword. Kata kunci yang lebih panjang dan lengkap.

Contohnya, “Resep Rahasia Ayam Goreng Favorit Barack Obama.”

Lebih panjang dan tidak umum. Tapi itulah yang dinamakan niche. Mungkin hanya situs Anda yang menyediakan jawabannya.

Jadi, kunci pertama yang harus dipahami: Jangan ragu memakai long tail keyword. Itu adalah faktor penting bagi Google untuk meranking keyword di situs Anda.

Long tail keyword ibarat memancing di kolam yang lebih kecil. Lebih niche. Lebih ekslusif. Tak banyak orang bermain di sana. Padahal, inilah tempat terbaik mencari ikan.

Anda bahkan bisa mendapat ikan lebih banyak, tanpa perlu susah-payah bersaing dengan pemancing besar.

Ingat, keyword yang lebih panjang adalah bentuk efisiensi. Si pencari sudah tahu yang mereka ingin tahu. Mereka langsung menuliskan hal yang spesifik.

Kalau Anda mengabaikan celah itu dan masih bermain di kolam besar–yakni dengan keyword yang umum–Google mungkin tak akan pernah memperhatikan Anda.

Pengelompokan Keyword

Sumber:
https://www.jetorbit.com/blog/apa-itu-volume-pencarian-keyword-yang-baik-sebuah-panduan-utama/amp/

Rahasia selanjutnya adalah kelompokkan keyword yang berkaitan dengan situs Anda. Sederhana, tapi Google dipastikan akan membacanya.

Mengorganisir keyword yang relevan dengan keyword utama bukanlah pekerjaan pemalas. Karena itulah dibutuhkan tools tambahan. Wordstream, misalnya.

Tapi efek jangka panjangnya, situs Anda bisa meledak.

Hal ini karena Google bekerja berdasarkan algoritma tertentu. Tak hanya membaca keyword situs Anda, tapi juga keyword lain yang juga relevan.

Contohnya saat Anda memberi keyword “Wisata Sungai di Pacitan yang Aman”, cari dan gali keyword lain yang juga relevan. Contohnya: “Wisata Air Pacitan Tidak Berbahaya.”

Itu memang dua keyword yang berbeda, tapi arahnya sama: Mengarahkan Google memilih situsmu masuk dalam ranking kata kunci teratas.

Sekali lagi, optimasi SEO jadi hal yang harus diperhatikan. Ingat, optimasi sewajarnya, bukan optimasi berlebihan. Kelompokkan keyword sewajarnya, tak dipasang semua.

Google bekerja semisterius itu. Usaha yang elegan akan mendapat hasil yang elegan pula. Sementara cara-cara yang kurang santun, pasti akan dideteksi Google dan website Anda bisa celaka.

Ini bisa dilakukan dengan melakukan ranking untuk keyword Anda secara manual. Tool Rank Tracking juga bisa dimanfaatkan kalau ingin hasil otomatis.

Ranking ini bisa jadi patokan di mana posisi website Anda berada saat ini. Jangan terlalu ngoyo, yang penting Anda tahu posisi Anda dan ke mana arah yang dituju.

Selanjutnya hanya tinggal kreativitas belaka. Anda tinggal menemukan variasi dari keyword utama. Biasakan juga selalu berkaca pada keyword kompetitor.

Kalau bisa, Anda memegang keyword utama sekaligus keyword kebalikannya dalam satu situs. Bukan tidak mungkin, situs Anda akan cepat naik di peringkat Google.

On Page SEO

Sumber:
https://www.omsetgo.com/case-study-blog/2018/2/22/pengertian-seo-on-page-dan-seo-off-page-perbedaan-keduanya?format=amp

Poin-poin di atas hanyalah awal. Google juga akan memperhatikan poin-poin sederhana berikut ini dalam merangking situs Anda.

Mari kita meninjau on-page SEO. Ada banyak hal yang mempengaruhi rangking keyword Google Anda dalam tinjuan ini.

Pertama dan utama, pertahatikan judul halaman Anda. Ini penting. Keyword yang ditaruh pada judul, punya potensi lebih besar untuk diranking Google.

Ibaratnya, judul adalah gerbang masuk. Sesuatu yang mempersilahkan visitor website untuk menjelajah lebih dalam.

Nah, ranking Google ternyata sangat dipengaruhi judul halaman Anda. Pastikan Anda punya gerbang yang tepat dan menarik.

Selanjutnya, ada juga hal yang remeh-temeh tapi masuk dalam hitungan algoritma pemeringkatan Google.

Benar, deskripsi halaman. Pasang keyword di tiap deskripsi halaman. Bukan pada website saja, tapi pada tiap halaman.

Faktor ini bisa memengaruhi kualitas keyword yang nantinya memudahkan Google dalam melakukan ranking. Karena itu, lebih baik deskripsikan konten halaman Anda dan variasikan keyword di dalamnya.

Hal teknis lain yang turut mempengaruhi ranking Google adalah tag H1 di halaman HTML Anda. Pastikan mengandung keyword karena itu akan dipertimbangkan Google dalam pemeringkatan.

Off Page SEO

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ16V7sf-3GGGC8mHTQtqjlWvBcz6pPFRIAzg&usqp=CAU

Ranking Google memang penuh misteri dan tantangan. Tapi di situlah menariknya. Anda perlu mengoptimalkan semuanya. Tak hanya On Page SEO, tapi juga Off Page SEO.

Off Page SEO berarti faktor eksternal selain dalam SEO yang punya pengaruh besar. Peranan sebaran media sosial ternyata sangatlah penting di sini.

Tak semua orang menyadari bahwa Google juga mempertimbangkan ranking dari berapa banyak link yang dibuka di media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter.

Faktor inilah yang mendorong ranking situs Anda bisa naik, bahkan bertempur di arena utama!

Konten! Konten! Konten!

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRLAy3-q_YLQfy82sO3LtnusFPCybVGY94cUw&usqp=CAU

Dari serba-serbi teknis itu, jangan pernah lupakan konten situs Anda. Inilah yang paling penting.

Semua faktor teknis soal faktor-faktor ranking Google ini akan sia-sia kalau konten website Anda tak berkualitas.

Google tak melulu memperhatikan hal teknis dalam merangking website, tapi juga substansi. Anda bisa saja membuat SEO On-Page menjulang, tapi tanpa konten bermutu, Google akan membuang muka.

Orisinalitas dan kualitas melahirkan trust. Inilah yang harus selalu Anda pegang.

https://www.emunications.com/sites/default/files/styles/blog_full_size/public/Online-SEO-Rank-Checker-Tools-For-Your-Keyword-Ranking-SEO-Tips.jpg?itok=11UOOIPg

Semoga penjabaran ini sedikit banyak bisa membantu Anda. Selamat mencoba.

Uji Penulisan Advance Saungwriter

Sumber:

Dewaweb Team. Desember 2019. “Rahasia Keyword Bisa Masuk Peringkat di Google”. Artikel.

Dikutip dari: https://www.dewaweb.com/blog/rahasia-keyword-bisa-masuk-peringkat-di-google/

Estimasi Waktu Mengerjakan: 20 menit.

Apa Itu NLP dan Hubungannya dengan Keberhasilan Penjualanmu?

Menjual bukan perkara gampang. Tapi dengan memahami trik NLP, segalanya bisa jadi lebih mudah. Bagaimana cara memanfaatkannya dalam komunikasi dengan pelanggan?

Sumber: https://neotalenta.com/wp-content/uploads/2020/02/What-is-NLP.jpg

Marketing adalah menjual. Dalam seni menjual yang baik, Anda pasti butuh skill komunikasi khusus. Termasuk dalam content marketing.

Nah, kemampuan komunikasi Anda dalam menjual bisa dimaksimalkan dengan banyak cara. Salah satunya lewat Neuro Linguistic Programming (NLP).

NLP yang ditemukan oleh John Grinder dan Richard Bandler sekitar tahun 1970-an, lebih dari komunikasi biasa. Dasar keilmuannya memakai pendekatan pribadi dan psikoterapi.

Perpaduan inilah yang membuat penjualan, khususnya dalam content marketing, menjadi hebat.

Tak hanya komunikasi yang dimanfaatkan, tapi juga menyasar psikologi seseorang. Meraih hatinya, membuat mereka membeli produk Anda.

Lantas, bagaimana cara mudah memanfaatkan NLP dalam content marketing?

NLP dengan Pendekatan Indera

Komunikasi selalu memanfaatkan indera. Pelanggan yang bermacam-macam, tentu punya ciri komunikasi yang beragam pula.

Nah, kebanyakan orang seringkali memakai pendekatan visual dan auditori. Mata dan telinga. Inilah yang dimanfaatkan dalam NLP, khususnya di bidang content marketing.

Kunci memanfaatkan NLP ada pada peta mental masing-masing pelanggan. Ini erat hubungannya dengan kecenderungan komunikasi masing-masing orang.

Saat peta mental sudah diketahui, Anda hanya tinggal menyelaraskan diri, untuk selanjutnya mencerminkan atau memiripkan diri dengan pelanggan.

Saat itu sudah terwujud, Anda hanya tinggal mengarahkan pelanggan tanpa kesulitan berarti.

Nah, berikut panduan peta mental dari kecenderungan visual dan auditori.

Sumber: https://s3.eu-central-1.amazonaws.com/centaur-wp/econsultancy/prod/content/uploads/archive/images/0006/1121/NLP.png

Kecenderungan Visual

Sumber:
https://www.nlpfamily.com/uploads/4/3/2/6/43263001/visual-learner_orig.png

Orang visual punya kecenderungan kuat dalam memakai indra pengelihatannya. Mereka lebih tertarik dengan gambar dan selalu memanfaatkannya untuk memproses informasi.

Saat Anda berkomunikasi dengan si visual, mereka jelas akan lebih fokus membayangkan. 

Mereka akan mengolah secara visual informasi dari Anda. Menggambarnya dalam benak, memasukkannya dalam memori, dan mematrinya dalam pikiran.

Bahasa gambar adalah bahasa yang paling mereka pahami. Karena itu, mereka seringkali memakai kata-kata yang menunjukkan hal ini. 

Kata-kata yang sering dipakai seperti melihat, menggambarkan, tampaknya, bayangkan, perlihatkan, atau pandangan. 

Jadi, NLP untuk orang visual berarti menyuplai mereka dengan gambaran-gambaran. Apapun. Memadatkannya dalam bahasa yang bisa mereka bayangkan.

Saat Anda sudah berhasil meraihnya, penjualan bisa berjalan lebih optimal.

Timing yang pas, momen yang tepat. Semakin banyak gambar dan citra positif yang mereka terima, semakin kuat pula kepercayaan mereka. Dengan begitu, semakin bisa kamu menjual segalanya.

Beginilah dua trik memanfaatkan NLP dalam content marketing untuk pelanggan Anda yang punya kecenderungan visual.

1. Pahami Kata-kata Mereka

Sumber:
http://www.prosperitycoachingandconsulting.com/2018/08/03/the-power-of-words/

Kata-kata adalah senjata. Dengan memakai kata-kata yang sering dipakai si visual, seperti melihat, menggambarkan, tampaknya, bayangkan, perlihatkan, atau pandangan, Anda akan lebih mudah menaklukkan mereka.

Ini juga akan memudahkan komunikasi Anda dengan si visual. Tak ada yang lebih mudah bagimu untuk masuk ke dalam diri si visual, selain dengan menyesuaikan diri.

Mereka yang punya kecenderungan visual, lebih bisa menerima informasi saat Anda memakai pendekatan yang nyaman dengan mereka.

Kata-kata selalu jadi senjata. Inilah yang jadi kuncinya. Semakin Anda bisa menjadi “dirinya” untuk sementara, si visual akan merasa terbantu, klik, dan akhirnya melakukan pembelian. Pahami ini dan terapkan semaksimal mungkin.

Dalam content marketing, dimana penjualan lebih banyak dilakukan di marketplace, media sosial, dan website, pendakatan semacam ini seringkali dipakai.

Biasanya dalam deskripsi produk, Anda akan menjumpai detil informasi yang mengarahkan calon pelanggan di titik imajinasi.

Produk yang punya deskripsi cantik bisa membuat pelanggan terkesan. Menembus bayangannya, melekat di benaknya.

2. Pakai Gambar Penunjang

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRMBijJ7VT9O4fQXe6WkOVgBaY8B0uUGRAjOA&usqp=CAU

Si visual selalu memanfaatkan gambar di kepala mereka. Tapi, kadangkala gambar yang Anda maksudkan dalam teks atau hanya ucapan tidak benar-benar bisa sesuai dengan apa yang ada di benak mereka.

Jadi, Anda butuh bantuan berupa gambar penunjang. Ini penting.

Menunjang dengan gambar berarti membantu si visual mendapatkan gambaran yang terang dan jelas. Maksud Anda akan lebih mudah dipahami.

Gambaran visual juga membuat mereka lebih ingat, karena memori mereka lebih tajam dengan gambar visual.

Anda bisa langsung mempraktikkannya. Si visual tentu tak butuh waktu lama untuk menunjukkan ketertarikan. Dalam otaknya, terpaut gambar yang sudah Anda tanamkan. Pembelian hanya masalah waktu.

Dalam content marketing, bantuan gambar penunjang amatlah mutlak. Maka dari itu, Anda butuh fotografer, ilustrator, atau designer profesional untum produk Anda.

Bahkan, si visual tak perlu lagi membaca deskripsi. Gambar yang Anda berikan bisa langsung menggugah mereka.

Sumber: https://www.indianlptraining.com/wp-content/uploads/2014/12/sales.png

2. Kecenderungan Auditori

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQyNbK5ApCA7bY3AZ1lAhFQx-Ne_Pt5KUtosw&usqp=CAU

Berbeda dengan orang visual, orang auditori lebih bisa berkompromi hanya dengan komunikasi biasa. Ia lebih tertarik dengan suara, nada, intonasi, gestur, dan gaya bicara. 

Semakin bagus Anda mempresentasikan sesuatu, semakin baik pula respon si auditori.

Bahkan, Anda tak perlu terlalu gamblang menjelaskan semua. Si auditori bisa menyerap lebih banyak dari apa yang keluar dari mulut Anda.

Si auditori punya kecenderungan khusus dalam memakai kata-kata. Mereka biasanya lebih suka memakai kata terdengar, ceritakan, sampai mengatakan.

Mereka juga lebih memperhatikan suara, tinggi rendah nada, irama, tempo bicara. Intinya semua yang berhubungan dengan cara Anda menyampaikan sesuatu. Semakin baik, semakin sempurna mereka menerimanya.

Ciri khas lain dari si auditori adalah mereka lebih suka dengan nada yang dalam dan tenang. Karena mereka juga menyukai musik, cara bicara bahkan nafasnya bisa berirama.

Ini tak hanya berlaku pada komunikasi langsung. Dalam dunia content marketing dimana segalanya dilakukan di ranah digital, Anda juga bisa menyihir mereka.

Jadi, Anda sebenarnya tak perlu susah-susah memakai gambar atau apapun itu. Cukup “pendengaran” yang dimainkan, dan penjualan bisa dilakukan–walaupun gambar seringkali tetal diperlukan.

Berikut dua tips yang bisa memudahkan Anda menaklukkan si auditori.

1. Buatlah Perbincangan yang Menarik

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ9VuC5fqEQo_nR2wYWoeUEpPoISv629khHWA&usqp=CAU

Si auditori selalu suka dengan pembicaraan yang menarik. Tak perlu berapi-api. Sederhana dan singkat saja.

Yang penting tajam dan mengena. Si auditori selalu mencari kehangatan dalam berkomunikasi. Terapkan ini dan menangkan hatinya.

Perbincangan menarik selalu dan selalu saja bukan tentang diri Anda sendiri. Tapi tentang dirinya. Jangan egois. Buat si auditori mengerti bahwa Anda mengerti dirinya.

Caranya, dengan respons hangat. 

Dalam dunia content marketing, cara NLP ini bisa diterapkan dengan kehangatan saat membalas komentar di marketplace atau media sosial.

Baru setelah itu, saat si auditori mulai memberimu ruang, bergeraklah. Perlahan tapi pasti. Kamu akan menemukan ritme dan irama.

Balut jualanmu dengan cerita. Komunikasi dua arah yang hangat bisa jadi penentu penjualanmu berikutnya.

Tapi tak perlu fokus menjual. Tulus saja, dari dalam hati. Keintiman setidaknya bisa menambah relasi–yang kalau tak membeli produk Anda sekarang, mungkin bisa di lain waktu.

2. Manfaatkan Gestur

 

Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRvdwNPMWdGdG3aJBgL0Si1KzU8xhjjYKEbVA&usqp=CAU

Si auditori, sekali lagi bisa menangkap lebih cepat daripada apa yang kamu sampaikan.

Jangan tergesa-gesa, bersikaplah tenang. Manfaatkan gestur. Penting dicatat, gestur bisa dibentuk secara sengaja. Tapi tetap buatlah senatural mungkin.

Gestur muka yang menekuk bisa menimbulkan kesan buruk bagi si auditori. Begitu pula tangan terlipat.

Anda akan terlihat angkuh dan tidak sopan. Padahal, si auditori menangkap tak hanya suara dan isi pembicaraan, tapi juga gestur kecil yang kadang tak Anda sadari.

Jadi, cara mudahnya adalah manfaatkan gestur sebagai penentu penjualan Anda. Gestur yang baik, selalu berakhir dengan baik.

Walaupun produk Anda belum tentu bisa terjual, setidaknya gestur membantu Anda mendapat relasi. Tak perlu bicara terlalu banyak dan bertele-tele. Manfaatkan gestur dan menangkan hati si auditori.

Dalam content marketing, gestur ini lebih susah terbaca karena biasanya terjadi saat komunikasi langsung.

Tapi, ini bisa ditunjukkan lewat kecepatan merespons pesan dari pelanggan. Atau juga bisa memanfaatkan empati saat membuat konten penjualan.

Gestur selalu terbaca. Baik dalam komunikasi langsung maupun tak langsung. Anda bisa memaksimalkannya dengan memberi kehangatan dan empati pada konten Anda.

Begitulah kira-kira gambaran singkat NLP, yang tentu saja masih berupa gambaran dasar. Masih banyak yang perlu Anda pelajari dan ketahui. 

NLP bukan ilmu yang sekali jadi. Ia adalah disiplin ilmu yang terus berkembang, seiring perkembangan marketing itu sendiri. NLP bisa membuat penjualan Anda, dalam hal apapun, termasuk konten, bisa optimal.

Kembali lagi ke awal, dasar NLP adalah hubungan baik antara Anda dan pelanggan.

Manfaatkan ilmu ini untuk meraih penjualan terbaik. Bukan dengan rakus, bukan dengan keinginan muluk agar terjual.

Lebih dari itu, relasi dengan pelanggan adalah segalanya.

Uji Penulisan Advance Saungwriter

Sumber:

Agus Octa. Oktober 2020. “NLP untuk Membangun Relationship dengan Pelanggan Anda”. Artikel. https://distribusipemasaran.com/nlp-untuk-membangun-relationship-dengan-pelanggan-anda/

Estimasi Waktu Mengerjakan: 30 menit.